Senin, 18 Juli 2011

PEMIMPIN ADALAH PELAYAN RAKYAT BUKAN MINTA DILAYANI RAKYAT

Rian al-Asyi

Assalamualaikum wr. wb

Saya tidak tahu harus mulai dari mana, tapi sebelumnya Saya ingin bercerita sedikit tentang hal aneh yang Saya anggap cukup menggangu Saya dan ternyata hal itu bukan hanya terjadi pada Saya, namun hampir pada semua orang.




Suatu ketika, Saya ingin membuat surat keterangan ijazah (hilang karena tsunami) di salah satu institusi pemerintah yang berwenang ada di Aceh dan ketika surat keterangan itu selesai, hati Saya pun lega, tanpa perasaan bersalah Saya pun keluar dari ruang kerja dinas tersebut, namun tiba-tiba terdengar teriakan suara memanggil,


"Dek...dek....dek..."...


Karena merasa bukan Saya...dengan langkah gontai Saya berjalan menulusuri koridor ruang tersebut...tak disangka ternyata dia berjalan dari belakang dan menghampiri Saya, dan berkata: "


Dek, uang admnya belum dikasih?"


Saya pun tersentak dan berkata: "Berapa bu?"


Seikhlasnya" Jawabnya penuh kemenangan


Saya pun terperanjat dan tak berkata apa-apa, langsung Saya rogoh kocek dan mengambil selembar uang lima ribuan yang sudah lusuh, dalam hati Saya berontak, tapi bibir ini seakan terkunci. karena tak ingin berlama-lama di kantor tersebut Saya pun keluar dengan perasaan kesal dan jengkel dengan kelakuan oknum pegawai dinas tersebut yang seenaknya saja meminta "pajak reman" kepada Saya, padahal mereka digaji oleh pemerintah dengan uang rakyat untuk melayani rakyat, bukan malah minta dilayani dengan uang rakyat lagi, seharusnya mereka sadar, itu memang sudah tugas mereka, kalo demikian halnya, mendingan mereka tak usah digaji saja, biar kita yang gaji pada saat kita berkepentingan dengannya saja.


Mungkin uang Rp5000 tak seberapa, tetapi efeknya sungguh luar biasa baik buat dia maupun bagi Saya sendiri, dengan melakukan hal tersebut dia telah menzalimi dirinya sendiri dan orang lain yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Lain halnya bila biaya adm tersebut memang merupakan peraturan resmi yang dibuktikan dengan surat keterangan resmi, its oke, mungkin Saya bisa maklum, tapi ini..."seikhlasnya"..what wrong baby!!...IRONIS... siapa yang salah hayo?


Bukan tidak ada instansi atau dinas yang meminta biaya adm, ada, tapi mereka punya peraturan resmi dan jelas peruntukannya kemana, seperti di salah satu rumah sakit daerah yang ada di Aceh yang pernah Saya kunjungi, itupun dengan sopan dan bijak dia berkata :


"Maaf Pak, ini ada biaya admnya, silahkan bapak baca disurat ederan ini "(ditanda tangani kepala RS tersebut dan tertera jumlah biaya untuk setiap keperluan).


Kalo yang beginian Saya bisa maklum.


Lain instansi lain lagi modus "pajak remannya", cerita ini berawal dari Saya ingin membuat SKCK disalah satu kantor yang berwenang di Aceh, semua syarat sudah terpenuhi baik pengantar dari kepala desa dan surat lainnya, namun sungguh aneh yang Saya alami disana.


Pertama: Saya diharuskan membeli formulir yang harganya 1000 perlembar (fotocopy) yang ada di bagian fotocopy instansi tersebut.


Kedua: Saya disuruh masuk kedalam ruang sidik jari, disini 10 sidik jari tangan Saya di ambil. Saya pikir sesudah jari Saya disidik,  bisa langsung ke bagian akhir, printout SKCK....ternyata oh ternyata...oknum pegawai tersebut meminta uang adm sebesar Rp30.000...kata nya untuk uang sidik jari, Saya heran dan terkejut, soalnya tanpa kwitansi penerimaan atau sejenisnya, bahkan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu (bahkan dipapan informasi pun tak ada yang namanya uang adm tambahan).


Ketiga: keluar dari ruang sidik jari Saya masuk keruang print out, setelah menunggu sekitar 20 menit, akhirnya SKCK Saya pun selesai...eits...rupanya Saya diminta membayar uang adm lagi....ampun deh...langsung Saya sergah sama oknum tersebut:


" Tapi tadi sudah Saya kasih di bagian sidik jari?"


"Ini lain lagi" Bantahnya


Alamak kenapa begini ya...gumam Saya dalam hati....akhirnya dengan berat hati, Saya mengeluarkan Rp30.000 dari kantong Saya, itupun uang terakhir yang Saya miliki...akhirnya dengan biaya Rp60.000 selember SKCK pun saya terima (tanpa tau uang itu untuk apa dan bagaimana peruntukannya bahkan tanpa bukti penerimaan yang sah).


Lagi-lagi saya merasa dizalimi dan dengan serta merta oknum tersebut juga telah menzalimi dirinya sendiri. Mereka telah mengambil yang bukan hak mereka, padahal tugas tersebut merupakan kewajiban mereka sebagai pelayan masyarakat. Dengan senyum sinis Saya keluar dari instansi tersebut sambil membaca tulisan di sudut masuk: "KAMI SIAP MELAYANI ANDA" Sambil melirik salah satu sudut yang bertuliskan : "TIDAK MENERIMA PUNGUTAN LIAR".


Slogan hanya tinggal slogan...ini lah dunia instansi pemerintah yang kita miliki sekarang jauh dari harapan, dan hal tersebut bukan hanya terjadi sekali, tetapi berkali-kali dengan modus yang berbeda-beda!!!


Cerita lain lagi..kali ini Saya mencoba melihat dari sudut yang berbeda, suatu ketika Saya memarkirkan motor Saya di depan salah satu warung kopi yang ada di Aceh, sekedar ingin menikmati secangkir kopi setelah penat seharian bekerja, selesai ngopi Saya pun beranjak pulang dan mengambil motor yang saya parkirkan.Terdengar bunyi peluit, tapi tak ada orang, lirik kiri lirik kanan, rupanya juru parkir bersembunyi di salah satu sudut warung (mungkin istirahat), dengan santai Saya mengeluarkan sekeping  uang logam Rp500,


"Bang kurang..."Keluhnya


"Tapi biasa Rp500" Bantah Saya


"Ini lain"sergahnya segera,


"Tapi menurut peraturan kota Rp500" Ketus Saya.


"Gak bisa Bang"Bantahnya lagi.


"Mengalah saja lah"Sambung teman saya


Dengan muka masam Saya menukar uang logam  Rp500 dengan selembar Rp1000, sambil berlalu Saya berkata kepada teman saya:


"Coba kamu lihat tadi kelakuan tukang parkir, seharusnya dia menerima Rp500, karena itu emang hak nya, tapi apa coba? Dia meminta lebih, belum lagi dia  tidak melayani kita dengan baik, kereta dimana, orang parkir dimana", belum lagi dia tidak punya tiket parkir resmi.


Sebenarnya bukan masalah Rp500 atau Rp1000 uang parkir nya, masalahnya sekarang dia telah meminta lebih yang bukan hak nya, seharusnya dia sadar dan tahu diri mana hak dan kewajibannya. Dan anehnya lagi ternyata banyak Saya jumpai juru parkir yang mengambil tarif yang tidak sesuai dengan peraturan.


Apa salahnya jika ada pengendara membayar uang parkir dengan Rp1000 disediakan kembalian nya Rp500, dengan demikian dia telah berbuat baik bagi dirinya sendiri dan orang lain, tidak sedikit pengendara yang berbaik hati kepada juru parkir jika dia mengembalikan sisa uang parkirnya, kadang pengendara berkata:


"Tidak apa-apa pak ambil aja kembaliannya"


Saya rasa jika juru parkir memberikan pelayanan yang baik terhadap pengendara dengan melaksanakan hak dan kewajibannya dia telah menghargai dirinya sendiri, namun jika sebaliknya, tidak sedikit pula pengendara yang akan mencerca dan memakinya dengan tingkahnya yang tidak baik.


Namun jika hal tersebut terus berlanjut apa jadinya dunia ini, mulai dari tukang parkir sampai oknum instansi-instansi pelayanan publik melakukan hal serupa mengutip "pajak reman" yang bukan haknya..?. Maka kita telah berbuat kezaliman yang nyata, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain, nauzubillah minzalik!!


Cerita-cerita diatas merupakan sedikit kisah yang pernah Saya alami, atau bahkan teman-teman mungkin pernah mengalaminya, dan cerita tersebut bukan bermaksud menghasut, mempengaruhi, menciptakan permusuhan atau menjelekkan orang-orang/ instansi-instansi tersebut, tapi lebih kepada penyadar-tahuan terhadap hak dan kewajiban kita selaku manusia di muka bumi ini, kita merupakan PEMIMPIN yang kelak akan diminta pertanggungjawabannya dan kita merupakan MANUSIA TERBAIK yang pernah diciptakan, jangan sampai hal-hal tersebut membuat kita menjadi Manusia yang merendahkan martabat nya sendiri.


MANUSIA DAN KEPEMIMPINAN


Dalam sebuah ayat, Allah SWT berfirman" Tidak lah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah ku (Allah)",....(bersambung)





2 komentar:

  1. mantap broe tulisannya......

    BalasHapus
  2. Riskan memang, namun kalau di maklumi bangsa ini tak akan mengalami perubahan moral dalam waktu yang lama.
    sampai saya mendengar istilah miris dari seorang kolega, "Selama bangsa ini masih dari Sabang sampai meurauke, Begini lah bangsa ini".

    betapa mirisnya mendengar istilah yang memang benar ada nya dengan keadaan sekarang ini. Miris ketika kita bermimpi terjadi suatu perubahan pada bangsa ini.


    #maka marilah kita berduyun2 ke negeri seberang....wakakkkaakaa#

    BalasHapus